Alif lahir di pinggir
Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah
Minangkabau. Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit
Barisan, bermain bola di sawah berlumpur dan tentu mandi berkecipak di
air biru Danau Maninjau.
Tiba-tiba
saja dia harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung
Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya
ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan
setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya: belajar di pondok.
Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan “mantera” sakti man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses.
Dia terheran-heran...
Comments